
Merefleksikan pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang Pengajaran dan Pendidikan ternyata tidak cukup hanya dalam satu hari. Memahami pemikirannya yang dalam dan jauh ke depan serta mampu menyesuaikan dengan kondisi zaman hingga saat ini adalah suatu yang luar biasa dan sangat berharga untuk dipelajari dan diterapkan. Pemikiran dengan filsafat pendidikan dan pengajaran KHD ini masih sangat relevan untuk bisa dipakai di perubahan masa ke masa hingga sekarang di era digital revolusi 4.0.
Menurut Ki Hajar Dewantara seseorang anak-anak yang telah mengalami atau bersentuhan langsung dengan pendidikan dan mendapatkan transfer pengetahuan melalui pengajaran serta mendapatkan sentuhan keteladanan yang baik dari seorang Guru atau pamong akan memberikan pengaruh terhadap dirinya. Pendidikan dan pengajaran harus memberikan pengaruh yang luar biasa dalam diri anak. Ki Hajar Dewantara menyampaikan secara lugas tentang pengaruh Pendidikan dan pengajaran bagi anak didik yaitu " MEMERDEKAKAN MANUSIA SECARA LAHIR DAN BATIN. MERDEKA BERARTI MAMPU BERDIRI SENDIRI, TIDAK BERGANTUNG PADA ORANG LAIN, DAN DAPAT MENGATUR DIRINYA SENDIRI
Kalau kita menggali dan mendalami Makna Pendidikan menurut ki Hajar Dewantara, maka pendidikan bukan sekedar hanya menyampaikan pengetahuan saja, atau hanya mencerdaskan saja, atau juga bukan hanya menambah pengetahuan dan keilmuan kognitif saja, akan tetapi pendidikan memiliki makna yang lebih luas yaitu pendidikan nilai atau maknawi serta bersesuaian dengan nilai luhur kebudayaan. Untuk mewujudkan pendidikan yang bernilai tersebut KHD memberikan panduan bagi seorang pendidik (pamong) atau pelaku pendidikan lain harus memiliki Semboyan Trilogi pendidikan di dalam hati dan jiwanya: (1) Tut wuri handayani, dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan. (2) Ing madya mangun karsa, pada saat di antara peserta didik, guru harus menciptakan prakarsa dan ide, gagasan yang membangun (3) Ing ngarsa sung tulada, maka guru berada di garis depan menjadi dan memberi teladan atau contoh dengan tindakan yang baik.
Konten materi pelajaran budi pekerti yang dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara diambil dari berbagai bahan yang bersifat natural dan spontan. Melakukan atau menyampaikan cerita rakyat, dongeng atau legenda-legenda, memperagakan jenis wayang pertunjukan sandiwara, histori sejarah daerah dan bangsa, menyampaikan pesan keagamaan dalam kitab-kitab suci juga segala nilai-nilai luhur adat istiadat. Mencontohkan pembiasaan yang baik dengan memberikan salam dan bahagia, sikap sopan santun, saling asah, saling asih dan saling asuh serta menggunakan bahan-bahan pengajaran disesuaikan dengan kebutuhan hidup anak-anak, sesuai dengan kodrat alam juga kearifan budaya lokal dan juga sesuai kodrat zaman. Akan tetapi bagian terpenting untuk mencapai tujuan Pendidikan seperti itu maka Ki hajar Dewantara memilih sistem among yang memiliki pengertian menjaga, membina, dan mendidik anak sesuai perkembangannya dan juga menerapkan tiga metode pendekatan anak yaitu ngerti, ngrasa dan nglakoni.
1. Tentang Murid dan Pembelajaran
Ketika kemudian Penulis ditanya seberapa besar percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum penulis mempelajari dasar pemikiran dan filsafat Ki Hajar Dewantara? maka penulis pun percaya bahwa murid atau anak didik memiliki kemampuan atau kompetensi yang berbeda-beda yang di bawa sejak lahir dan bisa berkembang berdasarkan waktu juga perlakukan yang tepat. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, diantaranya adalah budaya adat istiadat setempat. Kebudayaan atau adat istiadat secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan sikap (atitude) dan fisik anak.
Selain itu saya percaya tentang , pembelajaran yang baik dalam proses pendidikan mereka akan juga mampu memaksimalkan perkembangan potensi anak. Metode, model, teknik, strategi yang tepat dalam kegiatan belajar akan sangat memaksimalkan hasil dari anak didik, kenapa? alasannya adalah Setiap manusia dilahirkan dengan kemampuan kecerdasan yang berbeda, ada anak didik yang cerdas, ada yang lambat, ada yang biasa saja. Kecerdasan ini sesuai dengan kodrat alam yang ditakdirkan oleh sang penciptanya. Seorang guru dalam hal ini adalah menemukan bakat, minat dan mengembangkan bakat, minat yang dimiliki anak dengan berupaya melakukan pengembangan Gaya Belajar anak didik sesuai potensinya tersebut.
Penulis juga percaya bahwa ada perbedaan perkembangan sosial dan perkembangan moral dan spiritual setiap anak dan kematangan kepribadian anak. Hal tersebut dapat tumbuh dan berkembang dimulai dari lingkungan keluarga dan juga dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat tempat mereka bergaul. Menyesuaikan antara kebutuhan dan memberikan keteladanan dalam mencontohkan sikap nyata berupa perlakukan yang baik seperti yang diharapkan dalam konsep mendalam pemikiran Ki hajar Dewantara, penulis rasakan masih sangat jauh dan belum mampu dan perlu belajar lebih banyak lagi.
2. Perubahan Pemikiran atau Perilaku
Di awal penulis menyampaikan mengkaji pemikiran Ki Hajar Dewantara tidak cukup satu hari dan hanya membaca sekilas saja tanpa di selami lebih dalam. Mengkaji pemikiran Ki hajar Dewantara perubahan pemikiran saya bahwa dalam proses membelajarkan kita atau saya sebagai guru harus mengutamakan (1) keteladanan, karena melalui keteladanan yang baik lebih berpengaruh dari pada seribu ucapan yang kita ucapkan, Semboyan Ing Ngarso Sung Tulodo harus bisa melekat dari dalam diri penulis (CGP). Berbicara dengan bahasa amal perbuatan lebih berhasil dalam mempengaruhi karakteristik sikap anak didik. dari pada berbicara dalam bahasa kata.
Perubahan pemikiran dan juga sekaligus perlakukan penulis adalah (2) Menerapkan model pembelajaran berpusat pada siswa (student centered learning) dan juga bersifat menyeluruh atau holistik. Penulis berharap model pembelajaran yang holistik dan berpusat pada siswa mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa. Meningkatkan kompetensi Cipta (kognitif) dan Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor).
(3) Supaya mampu melahirkan siswa yang cerdas,kreatif dan berbudi pekerti/berakhlak mulia, maka pembelajaran yang MERDEKA BELAJAR akan diterapkan di sekolah atau di kelas. Penulis juga berharap proses pembelajaran MERDEKA BELAJAR dengan memperhatikan gaya belajar, gaya berfikir ,minat dan bakat menyesuaikan penggunaan pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik dan model pembelajaran juga media yang mampu melayani berbagai gaya belajar baik anak, akan memberikan ruang pengembangan potensi anak didik.
Memastikan (4) menerapkan nilai-nilai budaya lokal setempat dalam pembelajaran di sekolah atau di kelas diharapakan mampu mengembangkan dan membentuk profil pelajar pancasila.
3. Penerapan Pemikiran KHD di kelas
Penulis akan merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, efektif dan menyenangkan melalui model Praktek Langsung yaitu pada pembelajaran BIOTEKNOLOGI membuat makanan Fermentasi nanas. Kenapa Nanas? Hal ini sangat sesuai dengan kearifan budaya lokal di mana grafis sekolah saya adalah tempat penghasil buah nanas terbesar di asia yaitu perusahaan GGF. diharapkan juga pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student center learning) bisa terjadi. Penulis juga akan coba melakukan penggiatan literasi di sekolah dengan mengaktifkan lagi pojok-pojok literasi untuk menjadi wahana gemar membaca siswa di sekolah sekaligus juga menumbuhkan daya kreativitas dan bakat menulis siswa. Sebagai grand desain penulis yang juga sebagai tim kolam program kerja kepala sekolah adalah membuat gubuk kreativitas yang dibangun di atas kolam-kolam ikan.
Kegiatan yang juga bisa langsung diterapkan adalah mengembangkan semangat kejiawaan, psikologis anak didik yaitu dengan memberikan semangat sekaligus juga menumbuhkan semangat percaya diri, kemandirian dan juga membuka kebebasan dalam ruang berkreasi dalam belajar.
Penjelasan Artikel ini bisa lebih menarik pada infografis di bawah ini

Tidak ada komentar:
Posting Komentar