Halaman

Selasa, 28 September 2021

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.2

Pemetaan Aset (Modal)Sumber Daya di Sekolah

Alhamdulillah, Bersyukur kepada Allah SWT telah menjadi bagian yang terus "belajar bergerak berbagi untuk negeri". Bukan menjadi terbaik ketika berada di CGP ini, akan tetapi karena banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. 

Kembali kita bertemu pada ruang dan bahasan yang berbeda. Pada kesempatan kali ini, saya CGP mencoba menuangkan aktivitas Demonstrasi Kontekstual Modul 3.2 yang membahas tentang Pemetaan Aset atau Sumber daya yang ada di sekolah. Aktivitas pemetaan aset di sekolah ini memuat 7 modal utama sebagai bentuk kekuatan yang bisa dimanfaatkan serta dikembangkan sehingga menjadi lebih produktif dan berdaya guna dalam proses pembelajaran atau pendidikan di sekolah. Saya juga tetap memberikan sajian aktivitas Demonstrasi Kontekstual ini  dalam bentuk tulisan blog dan sebuah video presentasi, sehingga kita bisa menikmati kenyamanan dalam penyajiannya.

Aset atau Sumber daya di sekolah adalah faktor yang sangat mendukung dalam keberhasilan kegiatan pembelajaran di sekolah serta program-program yang meningkatkan mutu sekolah. Kemampuan sekolah memanfaatkan aset atau sumber daya di sekolah menjadi berdaya guna dan produktif untuk pengembangan mutu sekolah tergantung cara pandang sekolah menyikapinya. Kemampuan ini dilihat dari sekolah memandang dari sisi kekuatan atau kelemahan (kekurangan). Jika kemudian sekolah mampu memandang aset-sumber daya yang ada dengan pandangan positif (kekuatan), maka akan menimbulkan energi besar untuk memanfaatkan aset tersebut menjadi produktif dan berdaya guna buat warga sekolah serta sangat menunjang bagi keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Butuh kerja sama yang baik, saling mendukung antara pimpinan kreatif, inovatif dan berjiwa pengembang dengan rekan guru serta warga sekolah dalam memanfaatkan sumber daya yang ada, sehingga menjadi kekuatan sekolah mencapai pendidikan yang merdeka dan berdampak pada murid.

Senin, 27 September 2021

Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

" Teruslah belajar dan mulailah dari diri sendiri, menjadi baik, menjadi teladan, menjadi bermanfaat dan berkontribusilah dengan apa yang dimiliki "

Alhamdulillah, Bersyukur kepada Allah SWT telah menjadi bagian yang terus "belajar bergerak berbagi untuk negeri". Bukan menjadi terbaik ketika berada di CGP ini, akan tetapi karena banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. 

Pada kesempatan kali ini, saya CGP mencoba menuangkan sebuah rencana dalam aktivitas Demonstrasi Kontekstual Modul 3.1 yang akan dilakukan pada kegiatan Aksi Nyata. Rancangan kegiatan demonstrasi kontekstual kali ini memuat empat point yang menjadi dasar penyajiannya. Adapun sajian aktivitas Demonstrasi Kontekstual ini  dalam bentuk tulisan blog dan sebuah video presentasi. Saya berharap ada pembanding untuk bisa menikmati kenyamanan dalam penyajiannya.

A. Bagimana cara saya akan mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang didapatkan di Program guru penggerak di sekolah/lingkungan asal

Banyak ilmu pengetahuan yang saya dapatkan selama 6 bulan berjalan pendidikan guru penggerak ini. Materi modul yang konsep teoretis sekaligus juga aplikatif saya dapatkan dengan sajian yang variatif juga menarik. Dimulai dari pemahaman pendidikan dan pengajaran yang sangat filosofis menurut bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara hingga saat ini tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Kamis, 23 September 2021

Serba Serbi Kegiatan Pendampingan 4

Kegiatan Pendampingan 4. CGP, PP dan Kepala Sekolah

Alhamdulillah, bersyukur kepada Allah SWT telah menjadi bagian yang terus "belajar bergerak berbagi untuk negeri". Bukan menjadi terbaik ketika berada di CGP ini, akan tetapi karena banyak kekurangan yang perlu terus diperbaiki.

Kembali membuat jejak kehidupan yang tertulis di blog sederhana ini. Pada kesempatan kali ini, saya akan menuliskan deskripsi dari cerita singkat pada kegiatan pendampingan 4 yang saya lakukan bersama ibu Wahyu di sekolah saya. Kegiatan Pendampingan 4 ini dilaksanakan pada hari senin tanggal 20 September 2021.

Pendampingan menurut saya adalah salah satu fasilitas yang diterima oleh CGP di seluruh Indonesia. Kegiatan ini dilakukan PP (Pengajar Praktik) sebagai bentuk kunjungan rutin per-bulan ke sekolah asal CGP, juga digunakan sebagai bentuk evaluasi, supervisi dan motivasi dari kegiatan yang dilakukan oleh CGP tersebut. Pendamping adalah rangkaian linier dari kegiatan lokakarya yang sudah dilakukan pada bulan sebelumnya. 

Rabu, 22 September 2021

Ruang PuisiKu

Sejenak menuliskan goresan aksara yang pernah bermunculan di sebuah buku. Bukan tak beralasan, mungkin hanya mencari suasana baru saja, Kenapa? yaa.. karena selalu ada selingan di mana rasa jenuh akan hadir tatkala harus terus bergumul dengan tugas-tugas LMS itu. 

Pembaca harus tahu bahwa Ini adalah puisi kolaborasi bersama ibu Mini Fajariani. Beliau adalah guru di SMP Negeri 4 Terbanggi besar yang sekaligus salah satu senior penggiat literasi di kabupaten Lampung Tengah dan Dia adalah guru saya. Puisi ini terinspirasi dari regu pramuka puteri di sekolah saya, Dandalion.


 Dandalion Nyanyian Hati

(Anton Wardani dan Mini Fajariani)


Seringan dandalion yang kau tiup

lalu terbang menikmati angin

sssssttt...

dengarkanlah nyanyian hati

yang bernada karena keadaan


Rintik hujan di pagi hari

membawa dandalion menjauh

bukan untuk terhanyut dalam arus

tapi membawa pesan yang tersirat

masih ada dia yang menunggu kedatanganmu


dandalion... nyanyian hati di sore hari

dandalion... yang menyepi di malam hari

dandalion... terpaku dalam diam di hati


Dalam kumpulan antalogi puisi " Bulan Berganti Cahaya " 2018

Ruang Kolaborasi Modul 3.2

Identifikasi Modal atau Aset Pada Komunitas yang dimiliki daerah 

Alhamdulillah, Bersyukur kepada Allah SWT telah menjadi bagian yang terus "belajar bergerak berbagi untuk negeri". Bukan menjadi terbaik ketika berada di CGP ini, akan tetapi karena banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. 

Kelompok 1 Angkatan 2 Kabupaten Lampung Tengah

Kembali mencoba menuliskan rangkaian kegiatan dalam pendidikan calon guru penggerak yang sangat luar biasa ini. Pada kesempatan kali ini, saya coba menyajikan sebuah kegiatan pada Ruang Kolaborasi Kelompok pada modul 3.2 yaitu Mengidentifikasi Modal dan Aset yang ada pada komunitas daerah setempat.

Menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset Building and Community Development, ada 7 aset atau modal utama yang menjadi pertimbangan untuk bisa dikembangkan menjadi berdaya guna, yaitu:

Sabtu, 18 September 2021

Komunitas Praktisi

Logo resmi

KOMISI (Komunitas Praktisi)
SMP Negeri 3 Terusan Nunyai

Komunitas Praktisi, istilah ini lazim kita dengar dalam kehidupan sehari-hari walaupun mungkin konteks dan tujuan komunitas berbeda-beda. Umumnya, Secara istilah komunitas praktisi adalah sekelompok individu yang memiliki semangat dan kegelisahan yang sama tentang praktik yang mereka lakukan dan ingin melakukannya dengan lebih baik. (Wenger, 2021). Saat kita berbicara komunitas praktisi di sekolah kita akan melihat dari sisi yang berbeda yaitu pada peran guru di kelas atau sekolah, praktek pembelajaran atau bisa juga interaksi antara murid juga orang tua.

Ada lima tujuan dalam membuat Komunitas Praktisi di sekolah, yaitu:

  1. Mengedukasi anggota dengan mengumpulkan dan berbagi informasi yang berkaitan dengan masalah dan pertanyaan tentang praktek pengajaran dan pembelajaran
  2. Memberikan dukungan pada anggota melalui interaksi dan kolaborasi sesama anggota untuk memulai dan mempertahankan pembelajaran mereka.
  3. Mendorong anggota untuk menyebarkan capaian anggota melalui diskusi dan berbagi
  4. Mendampingi anggota untuk memulai dan mempertahankan pembelajaran mereka
  5. Mengintegrasikan pembelajaran yang didapatkan dengan pekerjaan sehari-hari

Kamis, 16 September 2021

Koneksi Antar Materi Modul 3.1

Mengambil Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran 

Anton Wardani, S.Pd.
CGP Angkatan 2 Kabupaten Lampung Tengah
SMP Negeri 3 Terusan Nunyai


A. Pengantar

Alhamdulillah, Bersyukur kepada Allah telah menjadi bagian yang terus "belajar bergerak berbagi untuk negeri". Bukan menjadi terbaik ketika berada di CGP ini, akan tetapi karena banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Pada kesempatan kali ini, saya coba menyajikan sebuah artikel sebagai bentuk rangkuman pemahaman dari aktivitas kegiatan yang saya lakukan pada Pendidikan Calon Guru Penggerak dari modul 1.1 hingga modul 3.1 saat ini. Saya mencoba berupaya mengkoneksikan semua materi sehingga menjadi kesatuan yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya juga berharap bisa dengan mudah untuk dipahami maknanya. 

Senin, 13 September 2021

Praktek Cocahing Dengan Rekan Sejawat Komunitas Praktisi Sekolah

Pernah mendengar tentang coaching? Mungkin sebagian kita termasuk saya kata " coaching " asing di dengar apalagi pada dunia pendidikan. Kita sepertinya akrab mendengar kata " coach " pada bidang tertentu, yaitu bidang olah raga. Coach Angelo Alessio misalnya; pelatih Klub Persija tahun 2021 ini.

Konsep Coaching sudah saya jelaskan pada artikel sebelumnya di blog ini. Silahkan (BACA Koneksi Antar materi). Akan terlihat perbedaan antara coaching, konseling dan mentoring dalam hal pelaksanaan, tujuan juga hubungan.

Pada kesempatan kali ini, saya mencoba menyuguhkan video praktek coaching yang dilakukan bersama rekan sejawat pada komunitas praktisi di sekolah; SMP Negeri 3 Terusan Nunyai.

Jumat, 10 September 2021

Merancang Pembelajaran Era PTMT

Kerja Kelompok terbatas 
Merancang pembelajaran lalu menerapkannya di kelas  ketika Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) ini tidak semudah yang saya bayangkan. Kenapa? karena alasannya adalah durasi waktu kegiatan belajar yang cukup singkat. Bayangkan saja 1 JP hanya berdurasi 25 menit yang biasanya 40 menit. Sebagai contoh: saya mengajar IPA dengan beban sebanyak 5 JP tiap kelas yang saya ampu. Setiap pekan ada dua waktu berbeda untuk mengajar di kelas yang sama dengan durasi 3 JP dan 2 JP.

Saya mencoba mengkalkulasikan estimasi waktu di kelas tersebut; bila saya mengajar 3 jam, maka jumlah jam mengajar di kelas tersebut adalah 3 x 25 menit = 75 menit atau 1 jam 15 menit; itu normalnya. Pada saat eksekusi, maka kemungkin efektifitas waktu inti yang digunakan sekitar 60 menit; kenapa? 15 menit biasanya terpakai untuk aktivitas pembukaan, motivasi, do'a dan atau hiburan belajar. Kemudian bila durasi waktu mengajar saya 2 JP; artinya estimasi waktu saya 2 x 25 menit = 50 menit; normalnya. Kemungkinan saat eksekusi di kelas hanya 35 menit. Kenapa? alasannya sama seperti di atas.

Rabu, 08 September 2021

Refleksi Terbimbing Modul 3.1

 Education is the art of making man ethical.

Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~


1) Bagaimana/sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Jawaban.

Kalau ditanya sejauhmana pemahaman, ya Alhamdulillah paham, walaupun mungkin belum seutuhnya. Secara konsep bisa membedakan antara dilema etika dan bujukan moral. Pun kalau diberi kasus dalam kehidupan, insya Allah bisa dibedakan antara pertentangan yang di-tentang-kan. 

Menurut definisinya dilema etika adalah situasi yang terjadi pada seseorang di mana ia harus memilih dua pilihan secara moral adalah benar tetapi bertentangan. Dilema etika lebih sederhananya adalah pertentangan benar lawan benar. Sedangkan bujukan moral adalah sebuah situasi seseorang untuk membuat keputusan pada keadaan benar atau salah.

Saya ataupun kita pasti sedikit banyak mengalami situasi tersebut, baik secara pribadi ataupun saat berada di institusi kita sendiri. Ada yang harus coba kita pahami tentang hal yang mendasari situasi dilema etika tersebut yaitu tentang nilai kebaikan yang saling bertentangan. Nilai-nilai tersebut seperti: kebebasan, keadilan, cinta dan sayang, penghargaan, toleransi dan juga tanggung jawab.  Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini: 

    1. Individu lawan masyarakat (individual vs community)
    2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
    3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
    4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) 

Selasa, 07 September 2021

Ruang Kolaborasi Modul 3.1

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Dilema Etika

Membuat sebuah keputusan adalah hal yang sering kita hadapi. Bukan saja dalam lingkup pribadi akan tetapi dalam lingkup skala umum pelaksanaanya. Kita sebagai guru sering dihadapkan untuk bisa mengambil keputusan dalam berbagai hal, bukan saja saat kegiatan pembelajaran di kelas tetapi juga pada lingkup kebijakan sekolah. Tidak mudah untuk mengambil keputusan, butuh waktu dan perlu menganalisis masalah yang dihadapi, sehingga keputusan yang diambil adalah tepat dan baik.

Sesuatu yang mungkin harus kita coba pahami adalah sulitnya mengambil keputusan jika kasus atau kondisinya dalam keadaan yang DILEMA dalam diri. Dihadapkan dengan dua kasus yang bernilai benar semuanya, baik secara prinsip maupun paradigma. Kondisi inilah yang sering disebut sebagai DILEMA ETIKA (Kondisi benar melawan benar).

Kamis, 02 September 2021

Kegiatan Aksi Nyata Modul 2.2

Pembelajaran KSE Berdiferensiasi
Daring - Sinkronus

Kembali saya CGP Angkatan 2 Kabupaten Lampung Tengah berasal dari SMP Negeri 3 Terusan Nunyai menghadirkan sebuah kegiatan Aksi Nyata dari program Pendidikan Calon Guru Penggerak. Pada kesempatan ini, Aksi Nyata yang saya lakukan adalah pada modul 2.2 yaitu tentang Penerapan rancangan pembelajaran KSE (Keterampilan Sosial dan Emosional) Berdiferensiasi di kelas. Pelaksanaan Kegiatan Aksi Nyata yang saya lakukan pada tanggal 19 Agustus 2021 di kelas 94, 95 dan 96 dengan pertemuan virtual menggunakan webmeet (gmeet).

Untuk RPP KSE Berdiferensiasi pada kegiatan ini, topik yang saya ambil adalah Sistem Organ Reproduksi dengan subtopik Gangguan dan penyakit serta Upaya pencegahan pada sistem reproduksi manusia.

Kegiatan pembelajaran dalam RPP KSE diferensiasi daring sinkronus yang saya buat selain memperhatikan pemetaan kebutuhan peserta didik; seperti memperhatikan dari sisi kesiapan belajar (readiness), minat belajar siswa, profil belajar (gaya belajar) siswa. RPP ini juga memenuhi strategi diferensiasi dalam kegiatan pembelajaran; apakah strategi diferensiasi proses, konten ataupun strategi diferensiasi produk. RPP dalam kegiatan pembelajaran pada Aksi Nyata ini juga menerapkan model pembelajaran keterampilan sosial dan emosional (KSE) berbasis kesadaran penuh (mindfullness). Walaupun tidak secara menyeluruh setidaknya ada 3 dari 5 kompetensi sosial emosional bisa dipenuhi atau didapatkan oleh peserta didik. Diantara kompetensi keterampilan sosial emosional yang dimunculkan dalam pembelajaran kali ini yaitu (1) Kompetensi kesadaran diri (2) Kompetensi pengendalian diri (3) Kompetensi Pengambilan keputusan yang bertanggungjawab.